a new chapter of our life

a new chapter of our life
Yarra River Melbourne, January 2010

Rabu, 24 September 2008

Seorang Gadis di Persimpangan Jalan

"Kamu percaya kan, bahwa tidak sehelai daun pun jatuh tanpa sepengetahuan Allah?", tanyaku memulai percakapan di siang Ramadhan yang panas itu.
"Ya," jawab gadis itu.
"Lalu, apa kamu sudah pernah bertanya pada Allah, apa skenario hidup selanjutnya untukmu?"
"Meng-enol-kan, begitu? bertanya siapa jodoh piihan Alah untukku? Sudah"
"Lalu apa jawaban Allah?"
"Allah bilang jodohku Mas X,"
"Darimana kamu tahu?"
"Setiap pagi setelah malamnya aku sholat, aku selalu terbangun dengan kerinduan yang amat sangat untuk kembali pada Mas X, itu berangsung sekitar 1 bulan. Sampai akhirnya aku tidak berani sholat malam lagi untuk bertanya pada Allah. Hatiku tidak bisa mbak, aku tetap mau sama mas N.....aku merasa hampa kalau harus kembali pada mas X, aku cinta mas N. Aku tidak mau hidup tanpa cinta, aku takut tidak bahagia,........."

Masya Allah, aku tertegun kehilangan kata-kata. Seorang gadis di persimpangan jalan..........
Bagaimana mungkin cinta sampai membuatnya ingin melawan sesuatu yang dia yakini sebagai kehendak Allah? 

"Kamu yakin akan bahagia dengan mas N? bahkan ketika tahu dia bukan pilihan Allah?", tanyaku pada akhirnya. Pembicaraan yang berat......aku berusaha keras mencari cara untuk menyentuh logika dan emosinya.

"Aku merasa "hidup" dengan mas N. Meihat tempat kos nya di lingkungan kumuh, hidupnya yang sederhana......aku merasa tertantang untuk berjuang bersama dia.....Tapi Mas X, segalanya udah mapan. Meski dia segalanya lebih, harta, agamanya lebih bagus, tapi aku merasa hampa....."

"Itu emosi........ Meski kau pikir itu alasan ideologis, itu emosi orang yang sedang jatuh cinta....
"Benarkah mbak?" tanyanya datar

"Dik, aku tidak ingin seperti orang-orang yang menyuruhmu memilih mas X, aku cuma ingin kamu bertanya pada Allah. Dia pemilik hidupmu, Dia yang tahu skenario terbaik untukmu. Jangan coba melawan Dia, karena kebahagiaan itu Dia yang memiliki. Mungkin kamu salah membaca isyaratnya. Coba ulangi lagi, ambil jarak dari keduanya, lalu bertanya pada Allah.....Mungkin bukan mereka berdua, mungkin Allah punya pangeran yang lebih baik untukmu....."
Dia diam mengangguk-angguk, "aku memang perlu banyak diingatkan...."
mudah-mudahan itu tanda dia mengerti........

Selasa, 23 September 2008

Anugerah Terindah

Khalila di Deco-Kids, sebuah pojok berkreasi yang disediakan khusus untuk anak-anak di National Galery Victoria


Alhamdulillah, ahad siang yang panas, 21 September 2008.....pesawat MAS itu mendarat mulus di bandara adisucipto. Setelah 2 minggu keluarga kami terbelah dua, Khalila dan Bunda di Melbourne, Ayah dan Fayza di Yogya, kami bisa ketemu kembali. Tak terlukiskan indahnya kebersamaan itu kembali, betapa begitu terasa bahwa keluarga adalah anugerah terindah.
Berpisah 2 minggu, saya merasa Fayza lebih dewasa, lebih bisa diajak bicara dan lebih kompromis.
Ketika ditanya tentang rasanya ditinggal Bunda 2 minggu, dia bilang:
"kangen...."
"kangen itu seperti apa rasanya Fayza?" tanya Bunda
"deg-degan..."
"deg-degan nya sebelah mana?" tanya Bunda ingin tahu lebih detail.
"sebelah sini....." katanya sambil menunjuk dadanya....

Mengharukan................Alhamdulillah, terimakasih Allah sudah mempertemukan kami kembali. Banyak yang bilang Fayza hebat, masih TK sudah berani ditinggal bunda nya, ya mudah-mudahan dia jadi semakin tahu kalau disayangi.

Sedang Khalila, kata Ayah setelah 2 minggu berpisah jadi lebih banyak bicaranya, berkembang kosakatanya. Dia jadi lebih komunikatif dan sering bilang "he eh" kalau ditanya.
Misalnya: "Khalila kangen ayah?"
  "He eh", katanya
tapi kalau pertanyaannya diganti: "Khalila kangen ayah tidak?
maka jawabannya: "ndak..."
He he lucu..............tapi meski kosakatanya masih terbatas di usia 18 bulan ini, ketika ketemu dengan ayah dan mbak nya hari ahad lalu di bandara, dia sibuk senyum sambil memegangi wajah ayah dan mbak nya.....


Rabu, 17 September 2008

Ramadhan di Melbourne

Melbourne, sebuah kota di pojok Australia, yang ternyata tetap sangat dingin meskipun sudah spring. Ramadhan disini tentu saja jadi terasa lebih ringan, karena udara dingin membuat tak terasa haus dan lapar. Tapi situasi Ramadhan, tentu saja gak terasa disini.............sebuah negri sekuler, yang sebagian besar kaum mudanya tiak percaya Tuhan............Ramadhan jadi hanya di dalam hati..