a new chapter of our life

a new chapter of our life
Yarra River Melbourne, January 2010

Kamis, 16 Oktober 2008

Laktosa dari Ibu Larinya ke Otak



Seorang ibu berkonsultasi pada mbak Ira (istri Zaim Ukhrowi) di Ummi. Ibu itu bertanya, "Anak saya, 13 bulan, hanya minum ASI sampai sekarang (-tidak campur susu formula-ed). Mengapa anak saya cenderung kurus, tidak segemuk teman-teman seusianya yang minum susu formula?"

Jawaban mbak Ira, rangkumannya begini, ".....laktosa sapi larinya ke daging, karena anak sapi harus segera bisa berlari. Sedang laktosa ibu, larinya ke otak, karena manusia adalah makhluk yang harus lebih cerdas dari hewan.Ingat yang paling penting anak ibu tumbuh sehat dan cerdas, bukan tumbuh gemuk....."

Jawaban itu bagi saya sendiri terasa baru, sebab selama ini iklan-iklan motivasi ASI biasanya berisi "ASI adalah rahmat yang dititipkan Allah pada ibu, setiap tetesnya adalah berkah" atau "ASI membantu menjaga kesehatan ibu dan bayi", hal-hal yang meskipun bagus, mungkin terasa hanya jargon bagi sebagian ibu-ibu. Tapi coba kalau dibilang "Laktosa ibu larinya ke otak....."wah siapa yang tidak mau anaknya cerdas..................

Saya jadi semakin memaknai perjuangan saya selama ini memperjuangkan ASI dua tahun full untuk kedua anak saya (semoga bermakna di hadapan Allah). Tidak sedikit tantangannya, saya sering mendapat pertanyaan "sinis", meragukan, menganggap berlebihan apa yang saya perjuangkan. Pertanyaan-pertanyaan seperti:
"Kok tidak dititipkan mbah nya aja Di, kasihan anaknya dibawa-bawa", ini diajukan orang ketika saya membawa Fayza yang masih ASI ke Aceh.
"Eh, ditinggal aja sih......kan udah besar, apa tidak repot kamu? kan bisa dikasih susu sambung"
"Lho Di, apa biayanya tidak besar?"
Kedua pertanyaan diatas saya terima ketika saya sedang ngurus visa untuk Khalila yang masih 17 bulan, karena mau saya ajak ke Melbourne 2 minggu.

Ya mungkin orang menganggap saya terlalu berlebihan, ketika mengajak Fayza kecil ke Batam, ke Aceh, bahkan conference ke Thailand untuk "sekedar" agar tetap bisa ngasih ASI. Atau mengajak Khalila bolak-balik ke Aceh, bahkan sudah 3 kali pada usianya yang 14 bulan, atau ke Melbourne yang harus ditempuh dengan 8jam naik pesawat. Mungkin orang menganggap saya mengada-ada, ketika untuk itu semua saya harus merelakan uang saku saya atau bahkan tabungan saya untuk bisa membayar tiket pesawat, baby sitter lokal, paspor, visa....sementara orang lain sudah jadi kaya karena wira-wiri tugas luar seperti itu. Tapi bagi saya perintah untuk menyusui sampai 2 tahun di Qur'an itu terdengar seperti perintah yang tidak perlu ditawar.

Maka ketika di Melbourne, suatau malam Khalila demam tinggi (mungkin kaget dengan cuaca musim semi yang masih 7 derajat dan berangin), saya berdoa pada Allah, "Ya Allah jika sampai Khalila sakit, akan ada banyak orang yang mencemooh usaha saya ya Allah. Ini syiar ya Allah, jika ada apa-apa dengan Khalila, orang akan belajar untuk tidak sampai segitunya memperjuangkan ASI...."
Alhamdulillah Allah segera menyembuhkan Khalila, bahkan dia ceria dan tambah gemuk ketika pulang dari sana.  

6 komentar:

Anonim mengatakan...

AWW

Setuju. Asi is the best. Saya punya teman, anak2nya seumur anak2 saya. Anak-anak kami sama-sama minum asi. Tapi anak-anak saya kok lebih kurus :(

Wass

Anonim mengatakan...

Banyak hal yang membuat diriku (dan keluarga tentunya) nyaman mengenal dan dekat dengan kalian (meski jarang sekali ketemu). Salah satunya ya tentang ASI ini. :).

Anonim mengatakan...

Hi Diana, ini Aud. Subhanallah denger cerita Anti. Two thumbs up Memang perlu perjuangan :) Anakku kukasih ASI sampai 2.5 tahun juga masih kurus. Tp jelas itu bukan karena ASI, karena pola asuh kami salah, soalnya yg pertama selain ASI juga bagus pola asuh pemberian makanannya. Ini pendapat suamiku yg dokter anak..hehehe Dia juga riset S2nya jg tentang ASI dan kenakalan, ni baru kami siapin versi populernya :)

diana setiyawati mengatakan...

AUD, bagus sekali riset suamimu
ditunggu versi populernya, ntar ikut kupopulerkan deh

Vadilah Astritasari "Tita" mengatakan...

Din, masih inget kan, ceritamu ini di suatu siang bolong desember 2008 aku nelpon kamu. dikau menguatkanku dengan ceritamu ini hingga aku pun siap membawa bayiku tugas ke Jawa dengan membawa serta pengasuh. betul ada, pengorbanan uang tiket, makan, akomodasi dll. lebih capek, tapi menenangkan. thanks ya

tupperware-nya Jogja mengatakan...

keren mBak Di.. saya setuju bangeet..
bahkan tips menyapih yg dl sempet Mbak Di kasih tau sukses diterapkan hehe..

rakhma - Lintang